Dilema di Ruang Lab Komputer: Kesiapan Sarana Prasarana Sekolah Menghadapi ANBK
Pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) telah menjadi standar baru evaluasi Pendidikan di Indonesia. Namun, tantangan terbesarnya seringkali bermuara pada kesiapan teknis di tingkat satuan pendidikan. Dilema di ruang laboratorium komputer adalah nyata: memastikan setiap siswa memiliki akses ke perangkat yang memadai, jaringan internet yang stabil, dan pasokan listrik yang tidak terputus selama pelaksanaan asesmen. Kualitas Prasarana Sekolah yang digunakan untuk ANBK sangat menentukan validitas dan kelancaran proses asesmen yang telah direncanakan oleh Kementerian Pendidikan.
ANBK menuntut setiap sekolah memiliki spesifikasi minimal perangkat keras, termasuk jumlah komputer klien yang mencukupi per sesi ujian, dan komputer server khusus. Selain perangkat keras, perangkat lunak yang diinstal harus sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan. Sayangnya, tidak semua Prasarana Sekolah di daerah mampu memenuhi standar ini. Survei fiktif yang dilakukan oleh Balai Penelitian Pendidikan pada bulan Mei 2025 menunjukkan bahwa 30% sekolah di wilayah terpencil masih kekurangan minimal 15 unit komputer layak pakai. Kekurangan ini memaksa sekolah menyelenggarakan ANBK dalam beberapa sesi, yang memperpanjang waktu pelaksanaan dan meningkatkan risiko kegagalan teknis.
Selain perangkat, konektivitas internet yang andal juga merupakan komponen krusial. Seringkali, Prasarana Sekolah harus berhadapan dengan kecepatan internet yang fluktuatif, terutama saat diakses secara massal oleh puluhan siswa secara bersamaan. Gangguan koneksi dapat menyebabkan proses loading terhenti atau bahkan pengiriman data yang gagal, yang dapat mengganggu konsentrasi siswa. Untuk mengatasi masalah ini, teknisi sekolah fiktif di SMA Nusantara, Bapak Taufik Hidayat, M.Kom., harus stand-by dari pukul 07.00 hingga 12.00 WIB selama jadwal ANBK yang ditetapkan pada hari Senin, 7 Oktober 2025.
Solusi alternatif yang sering diterapkan adalah mekanisme menumpang (menumpang) di sekolah lain yang memiliki Prasarana Sekolah yang lebih lengkap. Meskipun ini membantu memenuhi target pelaksanaan ANBK, hal tersebut menimbulkan isu logistik dan biaya tambahan bagi sekolah yang menumpang. Sekolah yang ditumpangi juga harus menanggung beban ganda dalam hal pengawasan dan pemeliharaan perangkat yang lebih intensif, seperti yang dialami oleh 10 sekolah menengah pertama yang menumpang di SMK Harapan Bangsa pada jadwal ANBK September 2024.
Pemerintah terus berupaya memperkecil kesenjangan ini melalui program bantuan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang bersifat berkelanjutan. Tujuannya adalah memastikan bahwa ANBK benar-benar menjadi alat ukur yang adil, bukan ujian kesiapan infrastruktur. Optimalisasi Prasarana Sekolah di masa depan harus mencakup tidak hanya pengadaan, tetapi juga pelatihan teknis berkala bagi operator sekolah. Dengan demikian, kualitas pelaksanaan ANBK dapat meningkat secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Dukungan dari pemerintah daerah dan komitmen dana alokasi khusus sangat dibutuhkan untuk memodernisasi Prasarana Sekolah. Hanya dengan infrastruktur yang kuat dan stabil, ANBK dapat mencapai tujuan utamanya: memberikan data evaluasi yang akurat untuk perbaikan kualitas pendidikan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan Pendidikan di Indonesia.
