Membangun Resiliensi Sosial: Cara Menghadapi Tekanan dan Perundungan di Lingkungan SMA

Admin_sma21jkt/ Oktober 31, 2025/ Uncategorized

Perundungan (bullying) dan tekanan sosial adalah tantangan serius yang sering dihadapi oleh remaja di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tertentu, ditambah persaingan Akademik SMA, dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Kunci untuk melewati fase ini dengan sehat adalah Membangun Resiliensi sosial, yaitu kemampuan untuk pulih dan beradaptasi menghadapi kesulitan. Resiliensi sosial memungkinkan siswa untuk tetap teguh pada nilai diri, mencari bantuan secara efektif, dan mempertahankan jaringan pertemanan yang positif di tengah badai tekanan.

Langkah pertama dalam Membangun Resiliensi adalah mengenali dan menerima emosi yang dirasakan, baik itu rasa takut, marah, atau sedih akibat perundungan. Jangan pernah ragu untuk berbicara. Mendidik anak untuk berkomunikasi secara terbuka tentang pengalaman sulit adalah hal yang wajib dilakukan orang tua. Komunikasi ini bisa ditujukan kepada guru Bimbingan Konseling (BK), orang tua, atau teman tepercaya. Salah satu sekolah percontohan menerapkan sesi konseling wajib setiap hari Rabu, 17 Desember 2025, untuk memastikan setiap siswa memiliki safe space untuk berbagi masalahnya tanpa takut dihakimi.

Strategi kedua adalah Membangun Resiliensi melalui batasan yang jelas. Siswa harus diajarkan cara mengatakan “tidak” dengan tegas terhadap perilaku yang melanggar batas atau berpotensi merugikan diri sendiri. Batasan ini juga berlaku di dunia maya: siswa harus selektif dalam memilih lingkungan pertemanan digital dan memblokir kontak yang menunjukkan perilaku toksik atau perundungan siber. Mengatasi Krisis Empati yang ada pada pelaku perundungan seringkali mustahil, sehingga fokus harus diarahkan pada perlindungan diri dan penarikan diri dari situasi berbahaya.

Langkah terakhir dalam Membangun Resiliensi adalah menumbuhkan rasa percaya diri yang berasal dari kompetensi internal, bukan validasi dari pihak luar. Dorong siswa untuk fokus pada kekuatan dan minat mereka, baik itu di bidang seni, olahraga, atau sains. Ketika seorang siswa merasa kompeten dan berharga secara mandiri, opini negatif dari perundung akan kehilangan kekuatannya. Ingatlah bahwa Membangun Resiliensi adalah proses jangka panjang yang memerlukan dukungan berkelanjutan dari komunitas sekolah dan keluarga.

Share this Post